Informasi tentang racun pada bahan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat
•
31 Maret 2022 •
68
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai
cara yang menghambat respons pada sistem biologis menyebabkan gangguan
kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Pada umumnya kita mengetahui bahwa
banyak bahan kimia mempunyai sifat berbahaya atau racun. Tetapi
sebenarnya di sekeliling kita terdapat beberapa jenis hewan dan
tumbuhan, termasuk beberapa jenis tanaman pangan yang mengandung racun
alami dengan kadar yang sangat rendah.
Tanaman pangan, yaitu sayuran dan buah-buahan memiliki kandungan
nutrien, vitamin, dan mineral yang berguna bagi pertumbuhan dan
kesehatan serta merupakan komponen penting untuk diet sehat. Meskipun
demikian beberapa jenis sayuran dan buah-buahan dapat mengandung racun
alami yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Racun alami adalah
zat yang secara alami terdapat pada tumbuhan, dan merupakan salah satu
mekanisme dari tumbuhan tersebut untuk melawan serangan jamur, serangga,
serta predator. Tanaman pangan merupakan kelompok tanaman yang biasa
kita konsumsi sehari-hari, dan pada kesempatan ini hanya akan dibahas
mengenai racun alami yang terkandung pada tanaman pangan dan cara
mengolahnya agar kita terhindar dari bahaya keracunan sehingga kita
dapat mengkonsumsi tanaman pangan yang sangat kita butuhkan kandungan
nutrien, vitamin, dan mineralnya tapi kita bisa menghindari kandungan
racunnya.
Banyak spesies tumbuhan di dunia tidak dapat dimakan karena kandungan
racun yang dihasilkannya. Proses domestikasi atau pembudidayaan secara
berangsur-angsur dapat menurunkan kadar zat racun yang dikandung oleh
suatu tanaman sehingga tanaman pangan yang kita konsumsi mengandung
racun dengan kadar yang jauh lebih rendah daripada kerabatnya yang
bertipe liar (wild type). Penurunan kadar senyawa racun pada tanaman
yang telah dibudidaya antara lain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
tempat tumbuhnya. Karena racun yang dihasilkan oleh tanaman merupakan
salah satu cara untuk melawan predator, maka tidak mengherankan bila
tanaman pangan modern jauh lebih rentan terhadap penyakit.
Beberapa kelompok racun ditemukan pada tanaman yang biasa kita konsumsi.
Beberapa racun tanaman yang larut lemak dapat bersifat bioakumulatif.
Ini berarti bila tanaman tersebut dikonsumsi, maka racun tersebut akan
tersimpan pada jaringan tubuh, misalnya solanin pada kentang. Kadar
racun pada tanaman dapat sangat bervariasi. Hal itu dipengaruhi antara
lain oleh keadaan lingkungan tempat tanaman itu tumbuh (kekeringan,
suhu, kadar mineral, dll) serta penyakit. Varietas yang berbeda dari
spesies tanaman yang sama juga mempengaruhi kadar racun dan nutrien yang
dikandungnya.
Beberapa contoh racun yang terkandung pada tanaman pangan dan gejala keracunannya
Racun | Terdapat pada tanaman |
Gejala keracunan |
Fitohemaglutinin |
Kacang merah |
Mual, muntah, nyeri perut, diare. |
Glikosida sianogenik |
Singkong, rebung, biji buah-buahan (apel, aprikot, pir, plum, ceri, peach) |
Penyempitan kerongkongan, mual, muntah, sakit kepala. |
Glikoalkaloid |
Kentang, tomat hijau |
Rasa terbakar di mulut, sakit perut, mual, muntah. |
Kumarin |
Parsnip, seledri |
Sakit perut, nyeri pada kulit jika terkena sinar matahari. |
Kukurbitasin |
Zucchini |
Muntah, kram perut, diare, pingsan. |
Asam oksalat |
Bayam, rhubarb, teh |
Kram, mual, muntah, sakit kepala. |
Beberapa Racun Alami pada Tanaman Pangan dan Pencegahan Keracunannya
- Kacang merah (Phaseolus vulgaris)
Racun alami yang dikandung oleh kacang merah disebut fitohemaglutinin (phytohaemagglutinin), yang termasuk golongan
lektin.Keracunan makanan oleh racun ini biasanya disebabkan
karena konsumsi kacang merah dalam keadaan mentah atau yang dimasak
kurang sempurna. Gejala keracunan yang ditimbulkan antara lain adalah
mual, muntah, dan nyeri perut yang diikuti oleh diare. Telah dilaporkan
bahwa pemasakan yang kurang sempurna dapat meningkatkan toksisitas
sehingga jenis pangan ini menjadi lebih toksik daripada jika dimakan
mentah. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya keracunan akibat
konsumsi kacang merah, sebaiknya kacang merah mentah direndam dalam air
bersih selama minimal 5 jam, air rendamannya dibuang, lalu direbus dalam
air bersih sampai mendidih selama 10 menit, lalu didiamkan selama 45-60
menit sampai teksturnya lembut.
- Singkong
Singkong mengandung racun linamarin dan lotaustralin, yang keduanya termasuk golongan glikosida sianogenik.
Linamarin terdapat pada semua bagian tanaman, terutama terakumulasi
pada akar dan daun. Singkong dibedakan atas dua tipe, yaitu pahit dan
manis. Singkong tipe pahit mengandung kadar racun yang lebih tinggi
daripada tipe manis. Jika singkong mentah atau yang dimasak kurang
sempurna dikonsumsi, maka racun tersebut akan berubah menjadi senyawa
kimia yang dinamakan hidrogen sianida, yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan. Singkong manis mengandung sianida kurang dari 50 mg
per kilogram, sedangkan yang pahit mengandung sianida lebih dari 50 mg
per kilogram. Meskipun sejumlah kecil sianida masih dapat ditoleransi
oleh tubuh, jumlah sianida yang masuk ke tubuh tidak boleh melebihi 1 mg
per kilogram berat badan per hari. Gejala keracunan sianida antara lain
meliputi penyempitan kerongkongan, mual, muntah, sakit kepala, bahkan
pada kasus berat dapat menimbulkan kematian. Untuk mencegah keracunan
singkong, sebelum dikonsumsi sebaiknya singkong dicuci untuk
menghilangkan tanah yang menempel, kulitnya dikupas, dipotong-potong,
direndam dalam air bersih yang hangat selama beberapa hari, dicuci, lalu
dimasak sempurna, baik itu dibakar atau direbus. Singkong tipe manis
hanya memerlukan pengupasan dan pemasakan untuk mengurangi kadar sianida
ke tingkat non toksik.
- Pucuk bambu (rebung)
Racun alami pada pucuk bambu termasuk dalam golongan glikosida sianogenik.
Untuk mencegah keracunan akibat mengkonsumsi pucuk bambu, maka
sebaiknya pucuk bambu yang akan dimasak terlebih dahulu dibuang daun
terluarnya, diiris tipis, lalu direbus dalam air mendidih dengan
penambahan sedikit garam selama 8-10 menit. Gejala keracunannya mirip
dengan gejala keracunan singkong, antara lain meliputi penyempitan
kerongkongan, mual, muntah, dan sakit kepala.
- Biji buah-buahan
Contoh biji buah-buahan yang mengandung racun glikosida sianogenik
adalah apel, aprikot, pir, plum, ceri, dan peach. Walaupun bijinya
mengandung racun, tetapi daging buahnya tidak beracun. Secara normal,
kehadiran glikosida sianogenik itu sendiri tidak membahayakan. Namun,
ketika biji segar buah-buahan tersebut terkunyah, maka zat tersebut
dapat berubah menjadi hidrogen sianida, yang bersifat racun. Gejala
keracunannya mirip dengan gejala keracunan singkong dan pucuk bambu.
Dosis letal sianida berkisar antara 0,5-3,0 mg per kilogram berat badan.
Sebaiknya tidak dibiasakan mengkonsumsi biji dari buah-buahan tersebut
di atas. Bila anak-anak menelan sejumlah kecil saja biji buah-buahan
tersebut, maka dapat timbul kesakitan akibat keracunan dan pada sejumlah
kasus dapat berakibat fatal.
- Kentang
Racun alami yang dikandung oleh kentang termasuk dalam golongan glikoalkaloid, dengan dua macam racun utamanya, yaitu solanin dan chaconine.
Biasanya racun yang dikandung oleh kentang berkadar rendah dan tidak
menimbulkan efek yang merugikan bagi manusia. Meskipun demikian, kentang
yang berwarna hijau, bertunas, dan secara fisik telah rusak atau
membusuk dapat mengandung kadar glikoalkaloid yang tinggi. Racun
tersebut terutama terdapat pada daerah yang berwarna hijau, kulit, atau
daerah di bawah kulit. Kadar glikoalkaloid yang tinggi dapat menimbulkan
rasa pahit dan gejala keracunan berupa rasa seperti terbakar di mulut,
sakit perut, mual, dan muntah. Sebaiknya kentang disimpan di tempat yang
sejuk, gelap, dan kering, serta dihindarkan dari paparan sinar matahari
atau sinar lampu. Untuk mencegah terjadinya keracunan, sebaiknya
kentang dikupas kulitnya dan dimasak sebelum dikonsumsi.
- Tomat hijau
Tomat mengandung racun alami yang termasuk golongan glikoalkaloid.
Racun ini menyebabkan tomat hijau berasa pahit saat dikonsumsi. Untuk
mencegah terjadinya keracunan, sebaiknya tidak mengkonsumsi tomat hijau
dan jangan pernah mengkonsumsi daun dan batang tanamam tomat.
- Parsnip (semacam wortel)
Parsnip mengandung racun alami yang disebut furokumarin (furocoumarin).
Senyawa ini dihasilkan sebagai salah satu cara tanaman mempertahankan
diri dari hama serangga. Kadar racun tertinggi biasanya terdapat pada
kulit atau lapisan permukaan tanaman atau di sekitar area yang terluka.
Racun tersebut antara lain dapat menyebabkan sakit perut dan nyeri pada
kulit jika terkena sinar matahari. Kadar racun dapat berkurang karena
proses pemanggangan atau perebusan. Lebih baik bila sebelum dimasak,
parsnip dikupas terlebih dahulu.
- Seledri
Seledri mengandung senyawa psoralen, yang termasuk ke dalam golongan kumarin.
Senyawa ini dapat menimbulkan sensitivitas pada kulit jika terkena
sinar matahari. Untuk menghindari efek toksik psoralen, sebaiknya
hindari terlalu banyak mengkonsumsi seledri mentah, dan akan lebih aman
jika seledri dimasak sebelum dikonsumsi karena psoralen dapat terurai
melalui proses pemasakan.
- Zucchini (semacam ketimun)
Zucchini mengandung racun alami yang disebut kukurbitasin (cucurbitacin).
Racun ini menyebabkan zucchini berasa pahit. Namun, zucchini yang telah
dibudidayakan (bukan wild type) jarang yang berasa pahit. Gejala
keracunan zucchini meliputi muntah, kram perut, diare, dan pingsan.
Sebaiknya hindari mengkonsumsi zucchini yang berbau tajam dan berasa
pahit.
- Bayam
Asam oksalat secara alami terkandung dalam kebanyakan
tumbuhan, termasuk bayam. Namun, karena asam oksalat dapat mengikat
nutrien yang penting bagi tubuh, maka konsumsi makanan yang banyak
mengandung asam oksalat dalam jumlah besar dapat mengakibatkan
defisiensi nutrien, terutama kalsium. Asam oksalat merupakan asam kuat
sehingga dapat mengiritasi saluran pencernaan, terutama lambung. Asam
oksalat juga berperan dalam pembentukan batu ginjal. Untuk menghindari
pengaruh buruk akibat asam oksalat, sebaiknya kita tidak mengkonsumsi
makanan yang mengandung senyawa ini terlalu banyak.
Tanya Jawab
- Bagaimanakah caranya mengurangi risiko keracunan makanan akibat
mengkonsumsi buah-buahan atau sayuran yang mengandung racun alami ?
Risiko keracunan akibat mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran yang
mengandung racun alami dapat dihindarkan atau dikurangi melalui
langkah-langkah berikut:
- Seleksi makanan
- Membeli sayuran dan buah-buahan yang masih dalam keadaan baik.
- Tidak membeli kentang yang berwarna hijau atau yang telah bertunas.
- Tidak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran mentah atau yang dimasak
tidak sempurna, bila buah-buahan dan sayuran tersebut biasa dikonsumsi
setelah dimasak sempurna.
- Persiapan dan konsumsi
- Memasak kacang merah, singkong, dan pucuk bambu secara sempurna pada
suhu didih setelah sebelumnya direndam dalam air bersih dan dicuci
dengan air bersih.
- Ketika mengkonsumsi buah-buahan segar, hindari mengkonsumsi biji
buah-buahan sepertiapel, aprikot, pir, dll, meskipun daging buah-buahan
tersebut aman untuk dikonsumsi.
- Menyimpan kentang di tempat yang gelap, sejuk, dan kering. Hindari
mengkonsumsi kentang yang menunjukkan tanda-tanda hijau, bertunas, dan
membusuk.
- Jika banyak sayuran serta buah-buahan mengandung racun alami, amankah kita untuk mengkonsumsinya ?
Sangatlah penting bagi kita untuk
memasukkan berbagai sayuran dan buah-buahan segar dalam daftar diet
kita, karena hal itu dapat menurunkan risiko gangguan kesehatan, seperti
penyakit jantung, kanker, diabetes, dan obesitas. Selama kita
mengetahui bagaimana cara memilih, mempersiapkan, dan mengkonsumsi
sayuran serta buah-buahan yang baik, maka manfaat yang dapat diperoleh
jauh lebih besar daripada risiko keracunannya.
- Mengapa kentang harus disimpan di tempat yang gelap dan kering ?
Jika kentang terpapar sinar, baik itu sinar
matahari maupun sinar lampu dalam waktu lama, maka jumlah solanin yang
dibentuk pada kulit kentang akan meningkat sehingga risiko keracunannya
pun dapat meningkat pula.
- Bagaimanakah langkah-langkah untuk mengurangi risiko keracunan akibat mengkonsumsi pucuk bambu ?
Glikosida sianogenik yang terkandung pada bambu
segar dapat terdekomposisi dengan cepat pada proses perebusan hingga
suhu didih. Telah diketahui bahwa perebusan pucuk bambu pada suhu 98?C
selama 20 menit dapat menghilangkan hampir 70% sianida yang terkandung,
sedangkan perebusan pada suhu yang lebih tinggi serta jangka waktu yang
lebih lama dapat menghilangkan sianida lebih dari 96%. Kadar sianida
yang tinggi dapat dihilangkan dengan proses pemasakan selama 2 jam.
lingkungan tempat tanaman itu tumbuh (kekeringan, suhu, kadar mineral, dll) serta penyakit. Varietas yang berbeda dari spesies tanaman yang sama juga mempengaruhi kadar racun dan nutrien yang dikandungnya.
Sumber :
Badan POM